Jumat, 12 September 2008

BAYI BARU LAHIR DENGAN SC

BBL (BAYI BARU LAHIR) DENGAN
PERSALINAN SC
Pengertian
Bayi baru lahir adalah suatu kelahiran neonatus dimana bayi tersebut pertama kali kontak dengan dunia luar. (kapita selekta,1999)
Section sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.(kapita selekta,1999)
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina, atau seksio seraea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar R. 1998).
Jenis-jenis operasi seksio sesarea:
abdomen (seksio sesarea abdominalis)
seksio sesarea transperitonealis
seksio sesarea klasik atau corporal enagn insisi memenjang pada korpus uteri
seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawaha rahim
seksio sesarea ektraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalais dengan demikian tidak membuka cavum abdominalis
ekstra peritoneal SC dilakukan bila presentasi kepala bayi sudah terdesak di PAP. Tekhnik ini dilakukan untuk meminimalkan trauma saat kelahiran bayi. Peritoneum parietalis adalah membrane serosa halus yang membentuk dinding yang melapisi dinding cavum abdominalis serta pervik dan juga membungkus organ-organ yang ada di dalamnya
cavum abdomen adalah rongga abdomen
vagina (seksio sesarea vaginalis)
menurut arah sayatan pada rahim, seksio seasarae dapat dilakuykan sebagai berikut :
Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning
Sayatan melintang (tranversal) menurut kern
Sayatan huruf T (T - incision)
Indikasi
Disporporsi sevalopelvik
Ketidakmampuan ibu mengejan
Plasenta previa
Kontraksi Lemah
TUMOR
KPD
Patofisiologi
Perubahan yang terjadi pada wanita yaitu terjadi perubahan kulit dimana kelenjar kulit kurang berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput, lemak bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendor. Perubahan metabolisme tubuh ditandai dengan menurunnya pengeluaran hormon insulin dan tiroksin sehingga pembakaran dan keperluan tubuh menjadi terganggu. Perubahan system jantung dan pembuluh darah terjadi karena adanya perubahan metabolisme, menurunnya estrogen, menurunnya pengeluaran hormon paratiroid, meningkatnya hormon FSH dan LH dan rendahnya estrogen dapat menimbulkan perubahan pembuluh darah pada daerah wajah, leher dan tengkuk. Perubahan yang terjadi pada alat genitalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menjadi tipis yang menyebabkan mudah terjadi infeksi. Perubahan pada tulang terjadi terjadi karena rendahnya kombinasi hormon estrogen dan hormon parathyroid sehingga tulang mengalami deklasifikasi artinya kalium menurun dan tulang menjadi keropos.
Manifestasi Klinik
Perubahan hormonal yang terjadi ditandai dengan adanya menstruasi terhenti, hot fluese, jantung berdebar. Nyeri dirasakan di sekitar daerah perutKulit kering, kendor dan keriput. Gangguan buang air besar. Nyeri saat bersenggama dan alat kelamin menjadi kering. Otot lemah dan cepat lelah, tulang terasa nyeri terutama bagian persendian. Monopouse mulai secara bertahap dan biasanya dikenali melalui perubahan dalam menstruasi. Aliran bulanan dapat meningkat, menurun, menjadi tak teratur, dan akhirnya berhenti sama sekali. Sering kali, interval antara periode berlangsung lebih lama-tidak terjadi haid selama beberapa bulan di antara periode tersebut adalah lazim.
Gejala-gejala klimakterium antara lain:
Premonopouse
4-5 tahun sebelum monopouse, mulai ada keluhan klimakterik. Estrogen masih dibentuk. Bila estrogen turun terjadi perdarahan (anovulasi). Gejala-gejalanya dapat dimulai sebelum perubahan pada siklus menstruasi terjadi. Perdarahan menstruasi rutin dapat terus berlangsung sampai terjadinya monopouse, dimana siklus menjadi lebih pendek karena fase volikular yang memendek, siklus menjadi tidak teratur dan makin jarang, dimana dalam beberapa siklus terjadi ovulasi dan anovulasi. Setiap perdarahan yang terjadi setelah 6 bulan aminore adalah abnormal.
Monopouse
Turunnya fungsi ovarium (sel telur) mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang dalam tubuh kita. Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan keluhan-keluhan :
Keluhan vasomotorik
Gejolak panas (hot flases)
Tanda yang khas adalah kulit menjadi merah dan hangat, terutama pada kepala dan leher terjadi kapan saja selama beberapa detik sampai 2 menit. Diikuti dengan menggigil dan kedinginan.
Vertigo
Keringat banyak, sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan tidur dan rasa malu.
Keluhan konstitusional
Berdebar-debar
Migrain
Nyeri otot dan pinggang
Mudah tersinggung
Keluhan psikiastenik dan neurotik
Merasa tertekan
Lelah psikis, lelah somatik
Susah tidur
Merasa ketakutan
Konflik keluarga, gangguan di tempat kerja
Keluhan-keluhan lain
Sakit waktu bersetubuh
Gangguan haid
Keputihan, gatal pada vagina, karena kulit genitalia serta dinding vagina dan uretra menipis dan lebih kering sehingga mudah terjadi iritasi, infeksi, dispareunia.
Susah kencing.
Libido menurun
Keropos tulang (osteoporosis)
Gangguan sirkulasi (miokard infark)
Kenaikan kolesterol, adepositas (kegemukan-gangguan metabolisme karbohidrat)
Endokrenium (hipertirosis, deforminisasi, virilisasi)
Gangguan perdarahan (sekunder : timbul konflik dalam keluarga, tempat kerja).
Pascamonopouse
Masa 3-5 tahun setelah monopouse. Hipergonadotropin (FSH), hipertiroid.
Keluhan-keluhan diatas tidak sama pada semua wanita. Hal ini disebabkan efek biologik di jaringan hormon estrogen melalui reseptor estrogen yang di dalam tubuh di dapat reseptor estrogen alfa dan beta. Jumlah reseptor estrogen alfa dan beta yang tidak sama pada setrip wanita dan adanya reaksi individual akibat rendahnya estrogen menyebabkan gejala monopouse yang berbeda. Umumnya gejolak panas, susah tidur, gelisah, lekas marah, pelupa, nyeri tulang belakang dirasakan pada hampir sebagian besar wanita monopouse. Akibat jangka panjang yang harus diperhatikan pada wanita monopouse adalah osteoporosis, penyakit jantung koroner, stroke dan pikun. Kalau kondisi ini di biarkan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup wanita (Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala-gejala monopouse:
Faktor psikis
Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan, rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabar lagi, dll. Perubahan psikis ini berbeda-beda tergantung dari kemampuan wanita untuk menyesuaikan diri.
Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila faktor-faktor diatas cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai faktor fisiologis.
Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini.
Faktor lain
Wanita yang belum menikah, wanita karier baik yang sudah maupun yang belum berumah tangga, menarche yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan.
Komplikasi
Sebagian mereka yang lansia, tidak dapat mengatasi berbagai masalah, sehingga memerlukan bantuan pengobatan dengan hormon pengganti. Dengan menurunnya hormon estrogen, bila tidak diatasi dapat menimbulkan keluhan. Keluhan – keluhan tersebut adalah:
Keluhan psikologis
Menurut kemampuan berfikir dan ingatan sehingga menimbulkan penyakit “pikun” atau alzhaimer. Gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah. Sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya. Situasi demikian dapat diperkirakan individu belum siap untuk menghadapi klimakterium, menopouse dan senium.
Keluhan Fisik
Tidak semua keluhan fisik dapat terjadi pada seseorang, dan tidak semuanya pula dapat dijabarkan secara rinci, tetapi keluhan yang dominan dan sering dijumpai dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perubahan pada organ reproduksi
Uterus
Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat intertesial. Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah miometrium menebal dan menonjol.
Tuba falopii
Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis dan mengkerut, endosalpingo menipis mendatar dan silia menghilang.
Serviks
Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripta servikal menjadi atrofik, kanalis servikalis memendek, sehingga menyerupai ukuran serviks fundus masa adolesen.
Vagina
Terjadinya penipisan vagina menyebabkan hilangnya rugae berkurangnya vaskularisasi, elastis yang berkurang, sekret vagina menjadi encer, indeks kariopiknotik menurun. Ph vagina meningkat karena terhambatnya pertumbuhan basil dondorlein yang menyebabkan glikogen seluler meningkat, sehingga memudahkan infeksi. Uretra ikut memendek dengan pengerutan vagina, sehingga meatus eksternis melemah timbul uretritis dan pembentukan karankula.
Dasar pinggul
Kekuatan dan elastistik menghilang, karena atrofi dan lemahnya daya sokong disebabkan prolaksus utero vaginal.
Perinium dan anus
Lemak subkutan menghilang, atrofi otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan tonus spingter melemah dan menghilang. Sering terjadi inkontinensia alvi vagina.
Vesika urinaria
Tanpa aktivitas kendali spingter dan destrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa sadar.
Kelenjar payudara
Diserapnya lemak subkutan, atrofi jaringan parenkim, nobulus menciut, stroma jaringan ikat fibrosa menebal. Puting susu mengecil kurang erektil, pigmentasi berkurang, sehingga payudara menjadi datar dan mengendor.
Jantung dan pembuluh darah
Keluhan yang dapat mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi: kulit terasa kering, keriput dan longgar dari ototnya oleh karena turunnya sirkulasi menuju lulit, badan terasa panas termasuk wajah. Perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar ke tengkuk berwarna merah, mudah berdebar – debar berlanjut ke penyakit jantung koroner.
Sistem hormonal
Secara menyeluruh system hormonal sudah menurun fungsinya sehingga mempengaruhi metabolisme tubuh yang juga cenderung menurun, oleh karena itu perlu diperhatikan pola makan yang menjurus ke arah vegetarian. Penyakit pada masa klimakterium yang sering terjadi adalah gemuk.
Fungsi saraf
Pada lansia keluhan saraf disebabkan oleh karena terjadi degenerasi sel saraf dan sel otak sehingga menimbulkan manifestasi klinis. Panca indra mengalami kemunduran fungsi, sehingga memerlikan perhatian.
Fungsi motorik
Keluhan fungsi motorik meliputi: otot sudah mulai lemah untuk memegang dan mengambil barang. Koordinator sudah milai menurun. Pegangan sering lepas, gerakan otot mulai sulit digerakkan hingga gemetar.
Fungsi sensoris
Sering dikemukakan terdapat gangguan pada rasa tidak enak dan tidak nyaman, kram atau sakit. Kemunduran fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan keluhan klinis, terdapat gangguan rasa perabaan karena saraf peraba mengalami kemunduran fungsi.
Fungsi tulang
Tulang sebagai penyangga utama tubuh karena proses penuaan dapat terjadi pengurasan kalsium sehingga mudah keropos dan mudah patah.

Pengkajian dasar
Identitas klien
Nama : Bayi Ny D
Jenis kelamin : Perempuan
Nama Ibu : Ny D
Nama Ayah : Bpk M
Usia bayi : 1 hari
Tanggal lahir : 20 juli 2005
Waktu : 10. 15 WIB
Apgar skor : 8-9-10
Usia gestasi : cukup bulan
Waktu pemeriksaan : 21 juli 2005
Keluhan Ny D
Ny D menyatakan bayinya masih diruang bayi, dimandikan oleh perawat. Bila ibu akan menyusui bayinya ibu datang ke ruang bayi. Saat menyusui bayi menyusu lemah mungkin hanya sekitar 15 cc, dan lebih sukar tidur . tetapi diberikan SGM oleh perawat karena air sususnya juga sedikit
Riwayat kesehatan Ny D sekarang
Air susu ibu sedikit
Riwayat kesehatan BBL sekarang
Bayi menyusu dengan lahap setelah menyusui bayi tampak tidur tenang, akral hangat, GDS kembali normal, T 370 C. Bayi menyusu lemah mungkin hanya sekitar 15 cc, dan lebih sukar tidur
Riwayat persalinan
Pada Ny D dilakukan persalinan SC dengan lama kala 1 jam 20 menit, kala II 10 menit, pecahnya kurang dari 6 jam
Pemeriksaan fisik klien
Sirkulasi
Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 144 x /mnt
Suhu : 370 C
GDS : 85 gr/dl
Makanan/Cairan
BB lahir (tgl 20juli 2005) : 3100 gr
BB pemeriksaan (tgl 21juli 2005) : 3000 gr
Asupan susu sekitar 15 cc
Neurosensori
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 32 cm
Panjang badan : 50 cm
Pengkajian refleks :
Moro : (+)
Graspy : (-)
Babinsky : (-)
Staping : (-)
Rooting : (+)
Sucking : (+)
Keamanan
Warna kulit kemerahan
Akral hangat
Intervensi dan Implementasi
Tujuan utama yaitu mengurangi rasa tidak nyaman, meningkatkan curah jantung, memenuhi kebutuhan volume cairan, memenuhi kebutuhan nutrisi, ferekuensi defikasi normal, meningkatkan harga diri dan klien mengikuti anjuran tenaga kesehatan serta memilki kemampuan dalam menangani penyakitnya.
Diagnosa keperawatan, Intervensi dan Rasional
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan vasokonstriksi otot-otot pembuluh darah uteri
Intervensi
Catat adanya/derajat tidak nyaman
Tentukan sifat, durasi dan lokasi nyeri
Kaji stress psikologi klien dan respon emosional terhadap kejadian
Berikan lingkungan dan aktivitas yang tenang untuk mengalihkan rasa nyeri
Rasional
Memeberikan informasi untuk memilih intervensi, petunjuk terhadap respon klien pada ketidaknyamanan dan nyeri
Membantu dalam menentukan tindakan keperawatan
Ansietas sebagai respons terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan mereduksi ketidaknyamanan
Gangguan volume cairan berhubungan dengan sekresi cairan yang berlebihan
Intervensi
Pantau berat badan secara teratur
Perhatikan laporan-laporan gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik dan hiperflasia
Berikan informasi tentang diet
Rasional
Mendeteksi penambahan berat badan berlebihan dan retensi cairan yang tidak kelihatan
Indikasi adanya gangguan gangguan keseimbangan cairan
Nutrisi yang adekuat dapat membantu menyeimbangkan volume cairan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan tulang
Intervensi
Kaji adanya pengembangan gejala-gejala subjektif/objektif
Tinjau ulang tanda dan gejala dengan klien dan orang terdekat
Bantu klien dalam menyusun kembali rutinitas setiap hari
Identifikasi kebutuhan dan sumber-sumber yang tersedia
Rasional
Menandakan memburuknya kondisi muskuloskeletal oleh penurunan kalsium
Meningkatkan perawatan diri dan intervensi medis sesuai dengan waktunya
Berkurangnya suplai kalsium dapat mempengaruhi kemampuan melakukan aktivitas dan dapat mengakibatkan kelelahan
Mungkin diperlukan untuk memaksimalkan istirahat membatasi kelelahan
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan metabolisme tubuh yang lambat
Intervensi
Pastikan pola diet saat ini/masa lalu dan praktik
Timbang berat badan klien
Kembangkan rencana dengan klien untuk mengembangkan nutrien yang diperlukan
Rasional
Memastikan status nutrisi
Berat badan yang beresiko terjadi komplikasi
Mencegah malnutrisi dan dehidrasi
Konstipasi berhubungan dengan menurunnya molalitas usus
Intervensi
Tentukan kebiasaan devikasi sebelum menopause
Kaji adanya hemoroid
Berikan informasi diet
Anjurkan latihan ringan secara teratur
Rasional
Pola eliminasi dipertahankan bila mungkin
Adanya hemoproid dapat menyebabkan nyeri saat defekasi sehingga klien enggan untuk defekasi
Bulk dan konsistensi dalam pilihan diet membantu meningkatkan keefektifan pola defekasi
Meningkatkan peristaltic dan mencegah konstipasi
Harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme koping tak efektif
Intervensi
Berikan kesempatan dan anjurkan pengungkapan/diskusi tentang situasi individu
Kaji status mental
Gunakan waktu bersama klien
Kaji mekanisme koping yang digunakan klien dan keluarga
Tentukan pemahaman tenatang situasi sekarang
Anjurkan keluarga untuk menyadari perasaan mereka sendiri dan untuk melihat situasi dengan perspektif dan objektif
Rasional
Klien seringkali mengalami kesulitan dalam mengungkapkan dan menerima nialai-nilai yang sudah ada dan meneraokan dalam kehidupan
Dapat mempengaruhi keputusan mengenai penyakit yang diderita
Kahadiran perawat membawa makna tersendiri bagi klien sehingga merasa sebagai orang yang berguna
Mengevaluasi keefektifan mekanisme koping yang digunakan dan merencanakan mekanisme koping baru yang akan digunakan
Mengidentifikasi kesalahan konsep/area dari kebutuhan yang ada dasar rencana keperawatan
Bila nggota keluarga saling bergantungmenjadi sadar akan tindakan mereka sendiri
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
Intervensi
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya
Berikan informasi faktual tentang karanteristik penyakit
Berikan informasi factual pada klien dan keluarga tentang efek dari penyakit yang diderita
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai indikasi
Rasional
Membantu dalam perencanaan keperawatan selanjutnya
Kesadaran dan pengetahuan memebrikan kesempatan individu untuk berubah
Keterlibatan keluarga dapat memebantu dalam mengantisipasi tindakan yang akan dilakukan
Membentu individu membuat piliohan berdasarkan informasi yang diperoleh
Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan klien mendapat rasa nyaman, meningkatkan curah jantung, volume cairan seimbang, kebutuhan nutrisi terpenuhi, ferekuensi defikasi normal, klien lebih percaya diri dan klien mengikuti anjuran tenaga kesehatan serta memilki kemampuan dalam menangani penyakitnya.
Pengkajian pada bayi Ny D
Data :
DS :
Ibu menyatakan bayinya masih diruang bayi, dimandikan oleh perawat
Ibu menyatakan bila akan menyusui bayinya ibu datang ke ruang bayi
Ibu menyatakan bayinya diberi SGM oleh perawat karena air susunya sedikit
DO :
BB lahir awal 3100 gr
BB lahir saat pemeriksaan 3000 gr
Usia gestasi cukup bulan
Apgar skor 8-9-10
Lingkar dada 32 cm
Lingkar kepala 34 cm
Denyut jantung 144 x/ menit
Suhu 370 C
Panjang badan 50 cm
Refleks moro (+), graspy (-), babinski (-), staping (-), rooting (+), sucking (+)
GDS 85 gr/dl
Bayi menangis kuat
Bayi menyusu lemah sekitar 15 cc
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC; Jakarta
Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Edisi 2. EGC; Jakarta
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta; EGC
Kelompok Studi Endokronologi Reproduksi Indonesia (KSERI).1993. Endokronologi Ginekologi. media Aesculapius; Jakarta
Manuaba, Ida Bagus. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan; Jakarta
Price. Sylvia A & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC; Jakarta
Reeder Martin Koniak. 1992. Maternity Nursing. Seventeenth Edition. Philadelpia. J.B. Lippincott Company
www.medicastore.com

Tidak ada komentar: