Jumat, 12 September 2008

HIPEREMESISGRAVIDARUM

PENDAHULUAN
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) dengan gejala yang wajar sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pagi hari tetapi timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-805 multi gravida satu diantara seribu kehamilan gejala-gejala ini terjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen HCG dalam serum, Pengaruh fisiologik, kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem syaraf pusat/pengogongan timbang yang kurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari dapat terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan ini lah yang disebut hiperemesis gravidarum keluhan gejala dan perubahan fisiologis menetukan berat ringannya penyakit.
BAB II
KONSEP TEORI
Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini terjadi kurang lebih 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung lebih kurang 10 minggu.
(Wiknjosastro, 2002)
Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarumbelum diketahui secara pasti, tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor tixic juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomi pada otak, jantung, hati dan susunan syaraf disebabkan kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inasisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh penulis sebagai berikut.
Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, mola hidatosa, dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatosa dan kehamilan ganda menimbulkan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
Masuknya vili khoirialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metagonik akibat hamil serta resistensi yang menurun dan pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
Alergi adalah salah satu respon dari jaringan ibu terhadapp anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
Faktor psikologik memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagi pelarian kesukaran hidup.
Zat Fe: efek samping fe bisa menyebabkan mual/muntah.
Hubungan psikologi dengan Hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah membantu mengurangi frekuensi muntah.
(Wiknjosastro, 2002)
Manifestasi Klinik
Batas jelas antara tua atau yang masih fisiologi dalam kehamilan dan Hiperemesis gravidarum tidak ada. Bila keadaan umum penderita terpengaruh sebaiknya ini dianggap Hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut besar ringannya gejala dibagi kedalam tiga tingkatan :
Tingkat I : muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang dan mata cekung.
Tingkat II : Penderita tampak lebih lemah dan apatis turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering, tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Tingkat III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi turun.
(Wiknjosastro, 2002)

Penatalaksanaan
Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut, juga tentang diit bumil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa oyong, mual/muntah, defekasi hendaknya diusahakan teratur.
Terapi obat menggunakan sedatif (luminal, stelosid); vitamin (B1 dan B2) anti muntah (mediater B6, Draamanin, Avopreg, Avomin, Torecan) antasada dan anti mulas.
Farmakologi
Faktor pemberian
B1 : mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI, meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel.
B6 : membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah.
B12 : mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel syaraf fetus.
Hiperemesis Gravidarum tingkat I dan III harus rawat inap di Rumah sakit.
Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di Rumah sakit saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.
Isolasi jangan terlalu banyak tamu. Kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja, tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual muntah.
Terapi psikologi berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosio ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
Penambahan cairan berikan infus dekstrosa atau glukosa 5 % sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam. Bertujuan untuk koreksi terhadap kekurangan cairan serta elektrolit dan keadaan asidosis / alkoliosis sehingga gejala vomitus terkendali.
Berikan obat obatan seperti telah dikemukakan di atas.
Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.
(Mochtar, 1998)
Komplikasi
Komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal sebagai Esenfalopati warnickle dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya Payah Hati.
Pemeriksaan Diagnostik
Urine
Protein : 8 mg/dl (albumin)
Aseton : (-) negatif
Klorida : 90-110 Meg/L
Bilirubin : 0,1-0,3 mg/100ml, Indirect : 0,2-0,8 Mg/200ml
Bj : 1,005 – 1,030
Ph : 4,6 – 8,0
Sputum muntah
Jumlah
Ph ; 7,36 – 7,44
Darah
Hb : 10-12 gr%
Hb : 37-47
BUN : ♂ : 10-25 mg/100MI
♀ : 8 – 20 mg/100MI
Pemeriksaan Fisik
Kepala : mata cekung
Membran mukosa
Lidah : kering
Kesadaran : menurun
Turgor kulit : tidak elastis
Urine out put : menurun/ kurang dari 500MI/hati ...x
Torak dan dada
TTV : RR : ↑ (16-20X/M)
TD : ↓ (120/80 mmHg)
Nadi : ↑ (80-100 X/M)
Suhu : ↓ (36-37,5o)
Kapiler renfil : lebih dari 3 detik.
BUN : meningkat
Diagnosa Keperawatan
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
Penurunan COP berhubungan dengan penurunan kontruktilitas jantung.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan perfusai jaringan.
Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan denganb adanya oedema pada paru.
Hipotermi berhubungan dengan adanya dehidrasi
Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah yang berlebihan.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan keseimbangan dan elektrolit berhubungan dengan mual / muntah.
Data obyektif :
HT menurun
Konjungtiva pucat.
TD menurun, suhu meningkat, nadi meningkat, RR meningkat
Mata cekung
Turgor kulit : tidak elastis
Mukosa mulut : kering
Oliguri
BUN meningkat
Data Subjektif
Haus
Tujuan: Keseimbangan cairan dan elektrolit Ssi dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil
Turgor kulit : kembali normal baik kembali dalam dan delik
Keluaran urine normal 30-50 ml/jam.
Mukosa mulut : lembab
Turgor kulit : elastis
BUU normal.
(of = 10-25 mg/100ml; of = 8-20 mg/100ml)
TTV :
TD: N (120/80 mmHg)
S : 36-37,5o
RR : 16-20 x/m
Mandiri :
Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosis, tekanan darah, suhu, masukan / keluaran dan berat jenis urin. Timbang berat badan klien dan bandingkan dengan standar.
Anjurkan peningkatan klien masukan berkarbonat, makan 6 kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi KH (mis: Pop corn, roti kering, sebelum bangun tidur)
Tentukan adanya / frekuensi mual berlebihan atau menetap muntah.
Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi, peningkatan kadar hormon gonadotropin korionik (HCG), perubahan metabolisme KH, dan penurunan motilitas grafik memperberat mual dan muntah pada trisemester pertama.
Membantu dalam mengesampingkan penyebab lain untuk mengatasai masalah masalah dalam mengidentifikasi intervensi.
membantu dalam menentukan adanya muntah yang tidak dapat dikontrol (hiperemesis
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
N : 80-100 x/w
HT : N : 37 – 47
Kaji hal-hal yang meningkatkan mual dan muntah. Misalnya bau-bauan yang terlalu, makanan yang terlalu asin atau manis.
Kaji hal-hal yang menurunkan mual dan muntah misal makanan diberikan waktu hangat, suasana yang menyenangkan.
Ajarkan pada waktu ibu bangun tidur pagi hari :
Jangan langsung pergi
gravidarum) pada awalnya muntah dapat mengakibatkan alkalosis, dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit. Muntah yang tidak dapat diatasi atau berat dapat menimbulan sianosis.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
dari tempat tidur.
- Minum air putih.
Libatkan keluarga
Menghadirkan suami dan keluarga terdekat klien ketika klien dirawat.
Keluarga/suami berusaha meyakinkan klien bahwa klien tidak perlu cemas menghadapi kehamilannya.
WWW. Google. com
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
Elektrolit
HT
BUN
Berikan cairan elektrolit glukosa atau vitamin secara parentera sesuai indikasi.
Menurunkan rasa cemas
Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat atau kebutuhan Hidrasi.
Membantu dalam memini- malkan mual /muntah dan menurunkan keasaman
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Penurunan COP berhubungan dengan kontraktilitas jantung.
Tujuan: Curah jantung kembali normal.
Lakukan test urine.
Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, TD.
lambung muntah yang sering (hiperemesis gravidarum) mengakibatkan bilirubin dan mengetahui frekuensi muntah, memudahkan kita melakukan tindakan yang lebih lanjut.
Meningkatkan pada dehidrasi hipovolemik menurunkan panyusi fungsi ginjal, meningkatkan BUN. Membantu menghemat atau mencegah kemungkinan hipokalemia yang berat.
Untuk mengetahui kandungan urine apakah dalam batas normal atau tidak.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Data Obyektif :
Dispnea
Nadi perifer
Kulit dingin/pucat
Perubahan status mental
Data Subyektif :
Gelisah
Kelemahan
Nyeri dada
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi pada perilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
RR : 16-20 x/m
N: - reguler
- 60-100 x/m
S : 36-37,5oC
Kulit hangat
Kesadaran komposmentis.
Catat warna kulit dan adanya / kualitas nadi.
Auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung dengarkan murmur.
Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksia, dan menurunnya curah jantung, perubahan juga tertjadi pada TD karena respon jantung.
Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun membuat kulit pucat atau warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer.
S3, S4 atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat, terjadinya murmur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada, contoh stenosis dorta, stenosis mitra atau roptar otot papilar.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan.
Data obyektif :
TD
Data subyektif :
Akral dingin
Kesadaran menurun
Menunjukkan perfusi jaringan
TTV stabil
TD : 120/80 mmHg
N : 80-100 x/m
RR : 18-20 x/m
S : 36-37,5oC
Kulit hangat dan kering
Tingkat kesadaran membaik (composmentis)
Haluran urin normal : 2/3 ml/jam.
Pertahankan tirah baring, bantu dengan aktivitas perawatan
Pantau TTV
Selidiki/kaji perubahan pada sensori, NN ex kesuraman mental, agitasi, supor, koma, delirium.
Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu dan kelembaban.
Catat haluran urin setiap jam dan berat jenis.
Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk: kortisteroid.
Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi O2 memaksimalkan aktivitas dari perfusi jaringan.
Bila terjadi takikardi, mengacu pada stimulasi sekunder sistem saraf simpatis untuk menekan respon dan untuk menggantikan kerusakan pada hipovolumit.
Jika terjadi hipotensi menunjukkan curah jantung yang menurun.
Perubahan menunjukan penyimpangan perfusi serebral atau hipoksenia atau asidosis.
Mekanisme kompensasi dari vasedilatasi mengakibatkan kulit hangat, merah muda, kering adalah karakteristik dari hiperperfusi.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya GDA, kadar laktat.
Penurunan haluran urine dengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penurunan perfusi ginjal.
Meskipun kontroversial, steroid mungkin diberikan untuk kepentingan potensial terhadap penurunan permeabilitas kapiler, peningkatan perfusi ginjal dan pencegahan pembentukan mikroemboli.
Perkembangan asidosis respiratorik/metabolik. Mereflekskan kehilangan mekanisme kompensasi, penurunan perfusi jaringan ginjal/ekskresi hidrogen dan akumulasi asam laktat.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya oedema pada paru.
Data obyektif :
Takpnea
Dipsnea (pernafasan tersengal-sengal)
Penurunan bunyi nafas : krekels)
Batuk (sputum)
Data subyektif :
Mengeluh gangguan pola tidur
Gelisah
Tujuan : pola pernafasan menjadi efektif.
Kriteria Hasil
Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan pural jelas bersih.
Bunyi nafas : vasikuler
RR : reguler
16 – 20 x/m.
Mandiri :
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada, catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran nasul.
Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius seperti krekels.
Tinggikan kepala dan bantu mengubah poisis.
Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Kecepatan biasanya meningkat, dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas. Kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektusis dan/atau nyeri dada pleurik.
Bunyi nafas menurun/tidak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan/kolab jalan nafas kecil.
Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi. Spulum berdarah dapat diakibatkan oleh
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Dorong atau bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk.
Kolaborasi :
Berikan tambahan O2
Berikan humidifikasi tambahan mis: nebuliser ultrasonik.
Bantu fisioterapi dada (mis: drainase portural dan perkusi area yang tak sakit/ tiupan botol).
Kerusakan jaringan (infak paru) atau anti koagulan berlebihan.
Dapat meningkatkan banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyamanan upaya bernafas.
Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu mengencerkan sekret untuk memudahkan pembersihan.
Memudahkan upaya pernafasan dalam dan meningkatkan drainase sekret dari segmen paru ke dalam bronkus, dimana dapat lebih mempercepat pembuangan dengan batuk / penghisapan.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Hipotermi berhubungan dengan adanya dehidrasi.
Data obyektif :
Suhu di bawah 36oC
Akral dingin
Kulit kemerahan
Peningkatan tingkat pernafasan
Takikardi.
Data subyektif :
Haus
Tujuan
Suhu tubuh menjadi normal.
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal bebas dari kedinginan.
Suhu normal 36-37oC
Akral hangat.
Kulit hangat
Nadi normal (60-100x/m)
Pantau suhu pasien (derajat dan pola ) pperhatikan menggigil.
Pantau suhu lingkungan batasai/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.
Suhu 38,9o – 40oC menunjukkan proses penyakit infekius akut. Pola demam dapat membnatu dalam diagnosis. Misal kurva demam berlanjut berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia pneumokokal demam skarlet atau tifole demam memiten (bervariasi hanya pada beberapa derajat pada arah tertentu) menunjukkan infeksi pada kurva intermitte demam yang kembali normal/sekali dalam periode 24 jam menunjukkan episode septik nolokardiits septik atau TB. Menggingi sering mendahului puncak suhu.
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Berikan kompres, menjadi hangat. Hindari penggunaan akohol
Kolaborasi
Berikan antipiretik misal : ASA (aspirin) asafominoten (tynol)
Dapat membantu mengurangi demam.
Digunakan untuk mengurangi demam dan aksi sentralnya pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan dufodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan perubahan nutrisi berhubungan dengan mula muntah yang berlebihan.
Data obyektif :
BB menurun
Turgor kulit jelek
Bising usus menurun
Membran mukosa menurun/ kering.
Data subyektif :
Lelah
Letih
Anoreksia
Mual
Tujuan :
Berat badan kembali normal.
Kriteria Hasil :
Berat badan kembali normal / ideal; penambahan berat badan tidak boleh lebih dari 12 kg selama kehamilan.
Pasien tidak mengalami anoreksia kembali makan 3 x sehari.
Bisisng usus : normal
Membran mukosa lembab
Mual hilang.
Anjurkan pilihan makanan tinggi Protein. Zat besi dan MTC bila dimasukkan oral dibatasai.
Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hr, sup dan cairan nutrisis lain.
Anjurkan bubur atau istitrahat adekuat.
.
Pemilihan dan regenerasi jaringan baru. Zat besi per5lu untuk sistesissistesis Hb. Vitamin C memusdahkan absorpsi zat besi perlu untuk sitesis dinding tabel.
Memberikan kalori dan nutrisi lain untuk memenuhi kebutuhan metabolik serta menggantikan ke butuhan cairan,. Karenanya meningkatnya volume cairan sirkulasi.
Menurunkan kerja metabolisme, memungkinkan nutrisi dan O2 digunakan untuk proses pemulihan.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Kolaborasi
Berikan cairan / nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
Berikan preparat zat besi atau vitamin sesuai indikasi.
Bantu penempatan seang nasogastrik. Atau niller aboutt.
Anjurkan klien untuk mempertahankan intake cairan dan nutrisi yang adekuat dan timbang BB setiap hari.
Memungkinkan perlu untuk mengalami dehidrasi menggantikan kehilangan cairan dan memberikan yang perlu bila masukan oral dibatasi.
Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi bila ada.
Mungkin perlu untuk dikompresi gastrointestinal, papa adanya distensi abdomen, atau perifonitis.
Untuk mengganti cairan dan makanan yang keluar saat muntah dan memonitor bila terjadi BB.
DAFTAR PUSTAKA
E.Doenges, Marlin. 2001. Rencana Keperawatan Maternal atau Bayi. EGC : Jakarta.
Goodner, Brenda. 1994. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. EGC : Jakarta .
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis. Edisi 2. EGC: Jakarta.
Manuaba, I Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.
Wiknjosastro, Hanafi. 2002. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.

Tidak ada komentar: